Selasa, 13 Maret 2018

ASUHAN PADA IBU HAMIL BERISIKO ATAU MENGALAMI KELAINAN SERTA KOMPLIKASI SESUAI DENGAN RUANG LINGKUP KEWENANGAN MANDIRI, KEMITRAAN/KOLABORASI ATAU RUJUKAN



PEMBAHASAN
A.   Penyulit Kehamilan Trimester I Dan II
1.    Abortus
a.    Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usi kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jarigan plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septic, perdarahan per vagina yang banyak  atau sedang, demam (menggigil),  kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkin syok.
b.    Etiologi
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya:
1)    Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus  pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromosom/genetic, lingkunan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat-obatan, tembakau, alcohol dan infeksi virus.
2)    Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembulu darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3)    Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat,keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4)    Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakan (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
c.    Klasifikasi
Abortus pun dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain:
1)    Abortus komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2)    Abortus inkomplet
Sebagai hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3)    Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi  masih berada  lengkap di dalam rahim.
4)    Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5)    Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6)    Abortus habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih.
7)    Abortus infeksius
Abortus yang diserta infeksi genetalia.


8)    Abortus septic
Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya ke dalam sikulasi sitemik ibu.
d.    Penanganan
1)    Abortus komplet
Tidak memerlukan penanganan penangan khusu, hanya apabila menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengndung banyak protein, vitamin dan mineral.
2)    Abortus inkomplit
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dilanjutkan transfuse darah, setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan rawat inap
3)    Abortus insipiens
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kahamilan kurang dari 12 minggu yang disertai dengan perdarahan.
4)    Abortus Iminens
Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsure penting dalam pengobatan karena cara in akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim.ditambahkan obat penting bila pasien gelisah.
5)    Missed abortion
Dilakukan kuretase, harus hati hati karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim.
6)    Abortus habitualis
Transfuse leukosit/heparin
7)    Abortus infeksius-abortus septic
Infuse: Kp transufusi, antibiotika spekrum luas, kultur-sensitifity test. Tetanus: Inj. ATS. Irigasi H2O2.



2.    Molahidatidosa
a.    Pengertian
Mola hidatidosa (hamil anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dima seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vasikular dari villi korialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologist, ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasi dan dysplasia. Villi khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembulu darah.
b.    Etiologi
Penyebab pasti molahidatidosa  tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain:
1)    Faktor ovum, dimana ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi telambat dikeluarkan.
2)    Imunoselektif dari troboblast
3)    Keadaan sosio ekonomi yang rendah
4)    Paritas tinggi
5)    Kekurangan protein
6)    Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
c.    Klasifikasi
1)    Mola hidatidosa sempurna
Villi karionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit di lihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok-kelompok menggantung pada angkai kecil. Temuan histologik ditandai oleh adanya, antara lain:
a)    Degenarasi hidrofobik dan pembengkakan stoma vilus
b)    Tidak adanya pembulu darah di vilus yang membengkak
c)    Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
d)    Tidak adanya janin dan amnion
Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan  genotip 46XX dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
a)    Mola sempurna Androgenetic
(1)  Homozygous
Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom peternal identik, didapatkan dai duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan: 46,YY tidak pernah ditemukan.
(2)  Heterozygotus
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua sperma.
b)    Mola sempurna Biparental
Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapigen maternal gagal mengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempuna biparental jarang ditemukan.
Bentuk rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13.
Presentasi klinis tipikal kehamilan mola sempurna dapat didiagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. Gejala yang paling sering terjadi pada mola sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan perdarahan . uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus mola hidatidosa. Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan peningkatan kadar human choruonic gonadotropin (HCG). Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremo. Dan kulit hangat.
2)    Mola hidatidosa parisal
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara vili-vili pembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion akni perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin.
Pada mola parsial, sering kali didpatkan jaringan fetus , eritrosis dan pembulu darah fetus pada villi. Komplemen kromosomnya yaitu 69, XXX atau 69, XXY. Ini akibatkan dari fetilisasi ovum haploid dan duplikat kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga bisa didpatkan. Seperti mpada mola sempurna, ditemukan jaringantrofoblastik hyperplasiadan pembengkkan villi chorionic.
d.    Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada molahidatidosa. Kecuriaan biasanya terjadi pada minggu ke-14 sampai dengan ke-16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pemebesaran rahim terkadang diikuti perdarah, dan bercak berwana merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.
Tanda dan gejala:
1)    Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
2)    Pembesaran rahim yang tidak sesuai usia kehamilan (lebih besar):
a)    Gejala –gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak apat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
b)    Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteiuniria (terdapat protein pada air seni)
e.    Manifestasi klinis
1)    Amenorrhea dan tanda-tanda kehamilan.
2)    Perdarahan pervaginamdari bercak sampai perdarahan berat merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
3)    Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan
4)    Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.
5)    Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
6)    Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24
7)    Keluar jaringan ola seperti buah anggu, yang merupak diagnosis pasti.
8)    Gejala tirotoksikosis.
f.     Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan histologist. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala klasik yakni:
1)    Perdarahan vaginal
Gejala linis yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisa dari desidua, menyebabkan perdarahan.uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banya, dan cairan gelap bisa mengalir dari vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
2)    Hiperemesis
Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah. Hal ini merupakan aibat dari peningkatan secara tajam hormone B-HCG
3)    Hipertiroid
Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit yang hangat.
g.    Penanganan
Kuretase adalah metode penanganan optimal untuk evakuasi jaringan mola terutama bagi wanita yang masih ingin mempertahankan fungsi organ reproduksinya. Tindakan ini juga memperkecil secara signifikan kemungkinan terjadinya perdarahan hebat, infeksi dan resiko tertahannya residu jaringan mola dibandingkan dengan metode induksi oksitosin maupun prostaglandin. Antigen RhD yang ditemukan pada trofoblast diatasi dengan pemberian Rh immune globulin pada pasien Rh negative bersamaan dengan tindakan kuretase. Pasien-pasien yang tidak menginginkan kehamilan lagi dilakukan tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi sendiri tidaklah menutup kemungkinan terjadinya metastase walaupun histerektomi sudah cukup untuk menghambat perkembangan invasi lokalis.
Monitoring kadar hormon β-hCG paska kuretase sampai tidak terdeteksi selama 3 minggu atau 6 bulan berturut-turut sangat dibutuhkan untuk memastikan tidak terjadinya persistent gestational trophoblastic neoplasia.
3.    Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
a.    Pengertian
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan petumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum uteri.



b.    Etiologi
Gangguan ini terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilantuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di ovarium.
c.    Tanda gejala
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering unilateral (abortus tuba), hebat dan akur (rupture tuba), ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar. Kavum dauglas menonjol dan sensitife terhadap tekanan. Jika ada perdaraan intra-abdominal, gejalanya sebagai berikut:
1)    Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang pada abdomen bagian atas.
2)    Abdomen tegang
3)    Mual
4)    Nyeri bahu
5)    Membrane mukosa anemis
Jika terjadi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah di bawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya menonjol-terutama hidung, keringat dingin, ektremitas pucat, kuku kebiruan dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.
d.    Diagnosis
Ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu, jarang lebih lama, perdarahan pervagina tidak teratur (tidak selalu)
e.    Penanganan
1)    Penganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi.
2)    Pada laparatomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
3)    Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan.
Dalam tindakan demikian, bebeapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
1)    Kondis penderita pada saat itu
2)    Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
3)    Lokasi kehamilan ektopik
4)    Hasil ini menentuka apakah perlu dilakukan salping ektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlngsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
e.    Terapi
Terapi untuk gangguan ini adalah dengan infuse ekspander plasma (Haemaccel, Macrodeks) 1000 ml atau merujuk kerumah sakit secapatnya.
4.    Blighted Ovum (BO)
a.    Pengertian
Blighted Ovum (BO) adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan atau dikenal dengan kehamilan kosong. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG.

b.    Etiologi
1)    Hampir 60% kehamilan kosong disebabkan adanya kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sel sperma.
2)    Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol. Pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan kosong.
3)    Kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya BO.
4)    Kadang-kadang BO disebabkan rendahnya kadar hormon dalam tubuh, akan tetapi penyebab utama kondisi ini nampaknya karena faktor kromosom. BO terjadi ketika kromosom-kromosom yang membentuk janin rusak atau terganggu, mengakibatkan kerusakan genetik yang parah. Kemudian tubuh anda mengenali abnormalitas kromosom ini dan secara alami berusaha untuk mengakhiri kehamilan.
c.    Tanda gejala
Sebagian besar wanita yang menderita BO sering tidak menyadari bahwa mereka hamil pada saat itu. Gejala dapat ringan atau bahkan tidak ada. Seringkali wanita terlambat haid dan hasil tes urin positif, kehamilan berjalan normal sampai kemudian secara tidak sengaja diketahui bahwa kehamilan kosong saat pemeriksaan USG oleh spesialis kandungan saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu. Wanita yang mendapatkan tes kehamilan positif kemungkinan akan mengalami gejala umum kehamilan biasa, kemudian dapat timbul gejala tidak khas yaitu perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, dan bertambahnya ukuran rahim yang lambat.
d.    Diagnosis
Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosa BO adalah melalui pemeriksaan USG. USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya janin yang berkembang dalam rahim Anda.

e.    Pencegahan
1)    Melakukan imunisasi pada ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
2)    Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
3)    Melakukan pemeriksaan kromosom
4)    Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
5)    Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan  bulan.
f.     Penanganan
Untuk penanganan BO, tidak ada jalan lain selain mengeluarkan hasil konsepsi dari dalam lahir. caranya yaitu dengan kuretase atau dengan menggunakan obat. Tetapi kuretase dianggap memiliki kelebihan karena dapat mencegah terjadinya infeksi.
5.    Hyperemesis Gravidarum (HEG)
a.    Pengertian
Menurut Nugroho (2012), hyperemesis gravidarum (HEG) adalah mual-muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya.
Nausea dan vomitus yang berat serta tidak dapat diatasi dan bertahan sesudah trimester pertama. Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan kembar (Lockhart,2014).
Sedangkan menurut Varney (2010), HEG  merupakan mual dan muntah berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama. Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya dimulai pada trimester pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi sepanjang masa kehamilan.
b.    Etiologi
Penyebab HEG belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan Mochtar (2010) adalah sebagai berikut:
1)    Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2)    Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
3)    Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
4)    Faktor endokrin lainnya: hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
Sedangkan menurut Lisnawati (2013), faktor predisposisi yang menimbulkan HEG adalah: primigravida, overdistensi uterus. faktor Alergi, faktor psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan masalah keluarga.
c.    Tanda gejala
Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil dengan HEG adalah: muntah yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan morning sickness, muntah pernisiosa, nafsu makan buruk, penurunan berat badan, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, asidosis akibat kelaparan, alkalosis karena asam hidroklorida berkurang ketika muntah, dan hipokalemia (Varney, 2010).
Menurut Rukyah (2013) gejala HEG  adalah:
1)    Tingkat 1
(a)  Muntah terus menerus
(b)  Turgor kulit berkurang
(c)  Lidah kering
(d)  Tekanan darah turun,suhu meningkat nyeri epigastrium
2)    Tingkat 2
(a)  Dehidrasi bertambah
(b)  Turgor kulit makin berkurang
(c)  Lidah kering dan kotor
(d)  Mata cekung
(e)  Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik
(f)   Urin berkurang
(g)  Napas berbau aseton
3)    Tingkat 3
(a)  Dehidrasi berat
(b)  Mual dan muntah berhenti
(c)  Perdarahan esofagus,lambung dan retina
(d)  Gangguan fungsi hati bertambah
(e)  Ikterus meningkat
(f)   Gangguan kesadaran
d.    Diagnosis
Menetapkan kejadian HEG tidak sukar, dengan menetukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat. (Rukyah,2013).
Menurut Nugroho (2012) Amenore yang disertai muntah hebat, atau segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan, pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus hebat. Fungsi fital nadi meningkat, TD menurun dan gangguan kesadaran.
e.    Penanganan
1)    Penanganan umum
Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah:
a)    Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis.
b)    Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c)    Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
d)    Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.
e)    Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
f)     Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g)    Defekasi yang teratur.
h)    Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.


2)    Obat-obatan
Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah sakit.
3)    Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24 jam.
4)    Terapi psikologi
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
5)    Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
6)    Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung.
Keadaan yang memerlukan pertimbangan penghentian kehamilan diantaranya:
a)    Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke).
b)    Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan).
c)    Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun).
7)    Diet
Menurut Runiari (2010) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu:
a)    Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b)    Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c)    Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
6.    Anemia
a.    Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobinsehingga tidak mampu memenuhi fungsi-fungsinya sebagaipembawa oksigen ke seluruh jaringan (Tarwoto dan Wasnindar, 2007).
Menurut WHO (World Health Organization), anemia merupakan suatu keadaan dimana kadarhemoglobin <11 gr % pada trimester I dan III, serta <10,5 gr % pada trimester II. Jika anemia pada ibu hamil tidak segera ditangani, maka anemia tersebut akan menjadi anemia yang lebih parah yaitu menjadi anemia sedang yang dapat berlanjut menjadi anemia berat. (Manuaba,  2010).
Anemia  kehamilan  juga  disebut  potential  danger  to  mother  and  child  (potensi  membahayakan  ibu  dan  anak),  karena  itulah  anemia  memerlukan  perhatian  serius  dari  semua  pihak  yang  terkait  dalam  pelayanan kesehatan.  Hal ini terjadi karena anemia pada kehamilan dapat  menimbulkan banyak komplikasi mulai dari pada saat ibu hamil, bersalin bahkan  pada  saat  nifas,  misalnya  abortus,  IUGR  (Intra  Uterine  Growth Retardation),    BBLR (Berat Bayi Lahir rendah),  inersia uteri,  atonia uteri perdarahan bahkan kematian.
Kriteria anemia menurut WHO  (1968) yaitu:
1)    Laki-laki dewasa: Hemoglobin < 13 gr/dL
2)    Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin <12 gr/dl
3)    Wanita hamil: Hemoglobin <11 gr/dL
4)    Anak umur 6-14 tahun: Hemoglobin <12 gr/dL
5)    Anak umur 6 bulan-6 tahun : Hemoglobin <11 gr/dL
Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO, yaitu:
1)    Ringan sekali: Hemoglobin 10 gr/dL sampai normal
2)    Ringan: Hemoglobin 8 gr/dL sampai 9,9 gr/dL
3)    Sedang: Hemoglobin 6 gr/dl sampai 7,9 gr/dlBerat : Hemoglobin < 6 gr/dL
b.   Etiologi
1)     Kehilangan banyak darah
Kehilangan  banyak  darah  merupakan  salah  satu  penyebab anemia,  hal  ini  terjadi  karena  persediaan  dan  absorbsi  Fe yang tidak mampu menggantikan darah yang hilang.
Gangguan  absorbsi  atau  penyerapan  pada  bagian  usus, karena adanya infeksi, peradangan dan parasit (cacing).
2)     Kebutuhan Fe yang meningkat dan tidak diimbangi dengan asupan Fe.
Pada saat hamil kebutuhan Fe meningkat sekitar 40 mg/hari atau 2 kali lipat dari wanita yang tidak hamil.
3)     Penyakit Kronis seperti malaria, TBC dan cacing.
Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk Anopheles betina yang  pada  saat  menggigit  akan  menghisap  darah  manusia dan  akan  menginfeksi  melalui  aliran  darah,  aliran  darah masuk ke dalam hati dan akhirnya parasit tersebut merusak sel  darah  merah.  Untuk  penyakit  TBC  dia  akan  menyebar melalui  paru,  hati  bahkan  pada  bagian  tulang,  sehingga akan menurunkan fungsi sum-sum tulang belakang.
c.   Tanda gejala
Menurut Proverawati (201), gejala awal anemia pada ibu hamil biasanya tidak spesifik, misalnya:
1)  Marasa  lelah  atau  lemah,  hal  ini  terjadi  karena  oksigen dalam  jaringan  otot  kurang  sehingga  metabolisme  atau mekanisme otot menjadi terganggu.
2)  Pucat
3)  Konsentrasi  terganggu,  hal  ini  terjadi  karena  pasukan oksigen ke otak kurang.
4)  Jika anemia  berat maka denyut jantung akan cepat. Hal ini terjadi  karena  jantung  akan  memompa  darah  lebih  cepat sehingga denyut jantung menjadi lebih cepat.
5)  Sesak nafas terjadi karena jumlah oksigen hanya sedikit.
d.  Penanganan
Menurut Proverawati, 2011 dan Tarwoto dan Wasnindar (2007), penatalaksanaan anemia dilakukan dengan cara:
                                                1)    Melakukan  anamnesa  apakah  ibu  sudah  benar  cara mengkonsumsi tablet Fe.
                                                2)    Menganjurkan  ibu  agar  menkonsumsi  makanan   yang mengandung zat besi baik yang berasal dari tumbuhan dan hewani.
                                                3)    Memaksimalkan  penyerapan  Fe  atau  zat  besi  dengan  cara menganjurkan  ibu  untuk  menkonsumsi  tablet  Fe  dengan makanan  atau  minuman  yang  mengandung  vitamin  C misalnya air jeruk atau strawberry agar penyerapan zat besi bisa maksimal. Serta tidak menganjurkan atau melarang ibu meminum  tablet  Fe  dengan  teh  atau  kopi,  karena kandungan  tanin  dalam  teh  atau  kopi  akan  menghambat penyerapan zat besi.
                                                4)    Memberikan  terapi  obat,  yaitu  kombinasi  dari  60  mg elemen zat besi dan 500 µg asam folat untuk anemia ringan 30 1x1,  anemia  sedang  2x1  dengan  melakukan  kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dan  anemia berat maka dirujuk  ke  instansi  yang  lebih  tinggi  untuk  dilakukan transfusi  darah.
B.   Kehamilan Dengan Hipertensi
1.   Hipertensi esensial
a.   Pengertian
Hipertensi esensial adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimanabiasanya tidak ada penyebab yang nyata. Kadang-kadang keadaan ini dihubungkandengan penyakit ginjal, phaeochromocytoma atau penyempitan aorta, dan keadaan inilebih sering muncul pada saat kehamilan. Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanandarah pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg.
Yang membedakannyadengan preeklamsia yaitu faktor-faktor hipertensi esensial muncul pada awalkehamilan, jauh sebelum terjadi preeklamsia, serta tidak terdapat edema atau proteinuria. Selama trimester ke II kehamilan tekanan darah turun di bawah batas normal, selanjutnya meningkat lagi sampai ke nilai awal atau kadang-kadang lebih tinggi. Setelah UK 18 minggu lebih sulit hipertensi esensial dari pre eklamsia.
b.   Pengangan
Wanita dengan hipertensi esensial harus mendapat pengawasan yang ketat danharus dikonsultasikan pada dokter untuk proses persalinannya. Selama tekanan darahibu tidak meningkat sampai 150/90 mmHg berarti pertanda baik. Dia dapat hamil danbersalin normal tetapi saat hamil dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dan menghindari peningkatan berat badan terlalu banyak.
Kesejahteraan janin dipantau ketat untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan. Kehamilan tidak dibolehkan melewati aterm karena kehamilan postterm meningkatkan risiko terjadinya insufisiensiplasenta janin. Jika perlu, dapat dilakukan induksi apabila tekanan darah meningkatatau terdapat tanda-tanda IUGR. Merupakan pertanda kurang baik jika tekanan darah sangat tinggi. Jika ditemukantekanan darah 160/100 mmHg, harus dirawat dokter di rumah sakit. Obat-obatantihipertensi dan sedative boleh diberikan untuk mengontrol tekanan darah.Anamnesa juga diperlukan untuk mengeluarkan ibu dari pre eklamsia. Kandungan catecholamine atau vanilmandelic acid (VMA) biasanya diukur karena hipertensi yangberat mungkin disebabkan  Pheochromacytoma atau tumor pada ginjal.Keadaan ibu mungkin berkembang menjadi Pre-eklamsia atau mengalami abrupsioplasenta (plasenta Pecah); kadang-kadang gagal ginjal merupakan komplikasi. Jikatekanan darah sangat tinggi, 200/120 mmHg atau lebih, mungkin terjadi perdarahanotak atau gagal jantung. Janin juga berisiko, karena kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat menyebabkan kejadian IUGR dan hipoksia. Jika tekanan darah tidak dapat dikendalikan atau terdapat tanda-tanda IUGR atau hipoksia, dokter dapat menghindari risiko yang serius dengan mempercepatpersalinan. Hal ini dapat dilakukan dengan menginduksi persalinan, atau jika keadaan berbahaya atau lebih akut, atau meningkat pada awal persalinan, persalinan dapatdilakukan dengan cara sectio caesarea (SC).
2.   Pregnancy-Induced Hypertension (PIH)
a.   Pengertian
Pregnancy-Induced Hypertension (PIH) adalah tekanan darah 140/190 mmHg atau lebih; atau peningkatan tekanan sistolik >30 mmHg, diastolic >15 mmHg setelah 20 minggu usia kehamilan. Apabila disertai proteinuria dan oedema muka dikategorikan pre-eklamsia. Bila diikuti dengan kejang disebut eklamsia.
b.   Deteksi dini
1)  Kaji adanya keluhan pusing/sakit kepala hebat yang tidak mereda dengan istirahat maupun obat analgesic, dapat disertai gangguan penglihatan berupa pandangan kabur yang munculnya mendadak. Mungkin disertai keluhan nyeri berat pada abdomen atas.
2)  Kaji faktor predisposisi
a)  Adanya riwayat hipertensi sebelum hamil
b)  Riwayat hipertensi kehamilan/preeklamsoa pada kehamilan sebelumnya
c)  Riwayat keluarga dengan preeklamsia berat/eklamsia (ibu klien, saudara kandung perempuan)
d)  Primiparitas
e)  Usia terlalu muda atau tua
3)  Ukur tekanan darah: sebaiknya dengan posisi duduk dan setelah klien beristirahat sedikitnya 10 menit. Dinyatakan hipertensi jika pada 2x pengukuran dengan selang waktu 1-2 jam dtemukan:
a)  TD sistolik 140 mmHg atau lebih; atau terdapat kenaikan sistolik >30 mmHg.
b)  TD sistolik 90 mmHg atau lebih; atau kenaikan diastolik >15 mmHg.
4)  Dapat ditemukan peningkatan BB dengan cirri khas: kenaikan yang berlebihan dalam waktu singkat.
5)  Pemeriksaan darah:
a)  Asam urat/urin acid meningkat akibat menurunnya aliran darah ke ginjal -> turunnya laju filtrasi asam urat -> peningkatan asam urat serum.
b)  Hipokalsemia karena perubahan fungsi ginjal.
c)  Kadar hCG mungkin meningkat
d)  Volume plasma darah menurun karena edema; kadar Hb dan hematokrit meningkat.
6)  Pemeriksaan urine bersih/aliran tengah untuk proteinuria: hasilnya mungkin positif, yang menunjukkan adanya protein sebanyak 300 mg/lebih per liter urine.
7)  Dapat disertai dengan edema.
c.   Penanganan
1)  Untuk PIH ringan
a)  Anjurkan cukup istirahat
b)  Pantau tekanan darah dan proteinuria minimal tiap minggu
c)  Jika dalam 1 minggu TD cenderung meningkat maka tujuk ke RS
d)  Dan jika TD kembali normal atau naiknya <15 mmHg; beri penjelasan tentang preeklamsia berat dan eklamsia yang mengancam, agar segera ke RS
2)  Untuk PIH berat
a)  Segera dirujuk ke RS, sedapat mungkin berikan:
(1)    Bolus antikonvulsan MgSO4 2 gram / IV (5mL) dilanjutkan pemberian ulang MgSO4 harus memenuhi syarat bahwa refleks patella baik dan tidak depresi pernapasan. Bila tidak tersedia MgSO4 dapat diberikan sedativa yaitu valium 10 mg / IM.
(2)    Nifedipin (antihipertensi) 10 mg / oral yang dapat diulang setiap 4 jam jika TD masih tinggi.
(3)    Saat merujuk hendaknya dipantau: pernapasan, TD, nadi, DJJ, tanda eklamsia.
(4)    Umumnya TD dapat dikendalikan dan pengakhiran kehamilan dapat dilakukan pada UK 35-36 minggu. Jika TD tidak terkendali dalam 1-2 hari maka direncanakan pengakhiran kehamilan segera.
3.   Preeklamsia
a.    Pengertian
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan atau segera setelah persalinan yang disertai proteinuria dan oedema. Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun beelum jelas bagaimana hal itu terjadi.
b.    Etiologi
Penyebab preeklamsia belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang  dipakai adalah iskemik plasenta. Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini.
c.    Tanda gejala
1)  Sakit kepala terutama daerah frontal
2)  Rasa nyeri daerah epigastrium
3)  Gangguan penglihatan
4)  Terdapat mual sampai muntah
5)  Gangguan pernapasan sampai sianosis
6)  Gangguan kesadaran
d.    Diagnosis
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu berapa kali. Oedema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan sistolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
e.    Kalsifikasi
1)    Preeklamsia ringan
a)    Kenaikan TD diastolic 15 mmHg atau > 90 mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolic sampai 110 mmHg.
b)    Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140 mmHg.
c)    Proteinuria positif 1, oedema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1 kg/minggu.
2)  Preeklamsia berat
a)    Takanan diastolic > 110 mmHg, proteinuria postif 3, oliguria (urine 5 gr/L)
b)    Hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat eodema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran.
e.   Penanganan
1)     Jika setelah penanganan diastolic tetap lebih dari 110 mmHg, beri obat anti-hipertensi sampai tekanan diastolic di antara 90-100 mmHg.
2)     Pasang infuse dengan jarum besar.
3)     Ukur keseimbangan cairan jangan sampai overload cairan.
4)     Kateterasi urine untuk memantau pengeluaran urine dan proteinuria.
5)     Jika jumlah urine < 30 ml/jam , hentikan magnesium sulfat dan berkan cairan IV NaCl 0,9% atau RL laktat 1 L/8 jam dan pantau kemungkinan oedema paru.
6)     Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7)     Observasi TTV, refleks, dan denyut jantung tiap jam.
8)     Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru.
9)     Hentikan pemberian cairan IV dan beri diuretic.
10)   Nilai pembekuan darah jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit (kemungkinan terdapat koagulopati).
4.    Eklamsia
a.    Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.Sebelumnya wanita tadi menunjukkan gejala-gejala preeklamsia.
b.    Gambaran klinis
Eklampsia selalu didahului oleh preeclampsia. Kejang dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda kejang tonik ialah dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari otot-otot muka khususnya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang, sehingga seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah pendarita mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-30 detik.
Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai dengan dengan terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi intermiten pada otot-otot muka dan otot-otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringkali pula lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari ulut keluar liur berbusa yang kadang-kadang disertai bercak-bercak darah. Wajah tampak membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.
Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernafasan tertahan, kejang klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur kejang melemah dan akhirnya penderita diam tidak bergerak serta penderita jatuh kedalam koma.
Pada waktu timbul kejang, tekanan darah dengan cepat meningkat. Demikian juga suhu badan meningkat, yang mungkin oleh karena ganggual serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oligouria atau anuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahan muntah.
Koma yang terjadi setelah kejang ,berlangsung sangat bervariasi dan bila tidak segera diberi obat-obat antikejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya. Setelah berakhirnya kejang, frekuensi pernafasan meningkat, dapat mencapai 50 kali permenit akibat hiperkardia, atau hipoksia. Pada beberapa kasus bahkan dapat menimbulkan sianosis. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami diorientasi dan sedikit gelisah. Untuk menilai derajat hilangnya kesadaran, dapat dipakai beberapa cara. Dirumah sakit Dr.soetomo telah diperkenalkan suatu cara untuk menilai derajat kedalaman koma tersebut yaitu Glasgow coma scale.
c.    Penanganan
Segera rawat penderita dan lakukan pemeriksaan klinis terhadap keadaan umum, sambil mencari tahu riwayat kesehatan sekarang dan terdahulu pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak bernafas, bebaskan jalan nafas, berikan O2 dengan sungkup dan lakukan intubasi jika perlu. Jika pasien kehilangan kesadaran/koma, bebaskan jalan nafas, baringkan pada satu sisi, ukur suhu dan periksa apakah ada kaku kuduk.
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di BPS maupun dipuskesmas, secara prinsip pasien dengan PEB dan eklampsia harus sirujuk ke tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan yangperlu dilakukan dalam merujuk pasien PEB atau eklampsia adalah sebagai berikut:
                                                1)    Pada pasien PEB/eklampsia sebelum berangkat, pasang infuse RD5, berikan SM 20% 4 IV pelan-pelan selama 5 menit, bila timbul kejang ulangan berikan injeksi diazepam 10 mg IV secara pelan-pelan selama 2 menit, bila timbul kejang ulangan, ulangi dosis yang sama.
                                                2)    Untuk pasien dengan eklampsia diberikan dosis rumatan setelah initialdose diatas dengan cara: injeksi SM 40% masing-masng 5 g IM.
                                                3)    Pasang oksigen dengan kanul nasal atau sungkup.
                                                4)    Menyiapkan surat rujukan berisi riwayat penyakit dan obat-oat yang sudah diberikan.
                                                5)    Menyiapkan partus kit dan sudip lidah.
                                                6)    Menyiapkan obat-obatan: injeksi SM 20%, injeksi diazepam, cairan infuse, dan tabung oksigen.
                                                7)    Antacid untuk menetralisirkan asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat mencegah terjadinya aspirasi isi lambung yang sangat asam.
C.   Perdarahan Antepartum
1.    Solusio plasenta
a.    Pengertian
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu. Menurut derajat lepasnya plasenta:
1)     Solusio plasenta parsialis
Bila hanya sebagian saja plsenta terlepas dari tempat perlekatannya.
2)     Solusio plasenta totalis (komplet)
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
3)     Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam, disebut prolapsus plasenta.
b.    Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya, antara lain:
1)    Penyakit hipertensi menahun
2)    Preeklamsia
3)    Tali pusat yang pendek
4)    Trauma
5)    Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cafa inferior uterus yang sangat mengecil (hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir).
Di samping hal-hal diatas, ada juga pengaruh dari:
1)    Umur lanjut
2)    Multiparitas
3)    Ketuban pecah sebelum waktunya
4)    Defisiensi asam  folat
5)    Merokok, alcohol, kokain
6)    Mioma uteri
c.    Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta didasarkan adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri. Setelah plasenta lahir, ditemukan adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat tekanan dari hematom retroplasenta.
d.    Gejala klinis
1)  Perarahan yang disetai nyeri, juga di luar his.
2)  Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
3)  Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta sehingga uterus teregang.
4)  Palpasi sukar karena uterus keras.
5)  Fundus uteri makin lama makin naik.
6)  Bunyi jantung biasanya tidak ada.
7)  Pada toucher teraba ketuban teraba yang tegang terus-menerus.
8)  Sering ada proteinuri karena disertai preeklamsia.
e.    Penanganan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat.
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin hidup, dilakukan SC, apabila janin mati ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding uiterus disusul dengan pemberian infuse drip oksitosin 5 IU dalam 500 cc glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.
2.    Plasenta previa
a.    Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada sekmen bawah uteus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh membukaan jalan lahir.
b.    Etiologi
Mengapa plasenta tumbuh pada sekmen bawa uterus tidak selalu dapat diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atau perubahan atrofi pada dosidua akibat  persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapat untuk sebagian besar pada penderita dengan parisat fungsi memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukan jalan lahir.
c.    Tanda gejala
1)    Perdarahan tanpa nyeri
2)    Perdarahan berulang
3)    Warna perdarahan merah segar
4)    Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5)    Timbulnya perlahan-lahan
6)    Waktu terjadi saat hamil
7)    His biasanya tidak ada
8)    Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9)    Denyut jantung janin ada
10) Teraba jaringan plasenta  pada periksa dalam vagina
11) Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12) Presentasi mungkin abnormal
d.    Diagnosis
1)    Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrik
2)    Pemeriksaan luar
Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi kepala, biasnya kepala masih teraping di atas pintu atau panggul mengelak ke samping dan sukar di dorong ke dalam pintu atas panggul
3)    Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri.
e.    Penanganan
1)    Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk perawatan paru janin.
2)    Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3)    Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit, hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri internum (OUI).
4)    Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5)    Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6)    SC juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang menghawatirkan.
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta previa dan paritas.
3.    Insersio velamentosa
a.    Pengertian
Insersio velomentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umbilicus berjalan di antara amnion dan korion menuju plasenta.
b.    Etiologi
Insersi velamentosa sering terdapat pada kehamilan ganda / gemeli karena pada kehamilan ganda sumbe rmakanan yang ada pada plasenta akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga dengan adanya rebutan tersebut akan mempengaruhi kepenanaman talipusat/ insersi.
c.    Manifestasi klinis
1)    Dapat timbul perdarahan pada kehamilan  20 minggu
2)    Darah berwarna merah segara
3)    Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)
4)    Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
d.    Penanganan
Bidan tidak memiliki kewenangan untuk menangani insersio velamentosa. Hanya melakukan diagnosa dan bila dicurigai bahwa ibu hami lmengalami kehamilan ganda dengan melakukan USG. Dan apabila mengetahui ibu positi fmengalami insersio velamentosa, lakukan rujukan pada Rumah Sakit tetapi lakukan pemasangan cairan infus secara intravena terlebih dahulu.
4.    Ruptur sinus marginalis
a.    Pengertian
Ruptur sinus marginalis atau pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu dan janinnya tidak terlalu besar.
b.    Etiologi
1)    Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain: dekompresi uterus pada hidramnion dan gemeli, tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/ bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan; trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang dan lain-lain. 
2)    Faktor usia ibu
3)    Faktor penggunaan kokain
4)    Faktor kebiasaan merokok
5)    Riwayat solusio plasenta sebelumnya
6)    Pengaruh lain: seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan dan lain-lain. 
7)    Meskipun penyebabnya sampai kini belum diketahuidengan pasti, tetapi lebih kepada peletakan plasenta dan usia kehamilan yang semakin tua terjadi pada pertengahan segmen bawah rahim, dia akan sobek pembuluh darah pinggirnya juga akan ikut pecah sehingga terjadi ruptur, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya. Sehingga mendekati atau menutup sama sekali pembukaan jalan lahir.
c.    Diagnosis
Dari hasil anamnesa terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus.  Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba pada pemeriksaan dalam  terdapat pembukaan dan ketuban tegang dan menonjol. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan perdarahan karna sinus marginalis yang pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar. Pemeriksaan penunjang,dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding rahim.
d.    Penanganan
Ekspektatif,bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
Perut tegang sedikit, berarti perdarahannya tidak terlalu banyak, keadaan janin masih baik dan dapat dilakukan penanganan secara konservatif dengan observasi ketat, perdarahan berlangsung terus menerus ketegangan makin meningkat, dengan janin yang masih baik harus segera dilakukan seksio sesaria, perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan rawat inap.
5.    Plasenta sirkumvalata
a.    Pengertian
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial.
b.    Etiologi
Diduga  chorion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan vili menyerbu ke dalam desidua diluar permukaan frondosuin.
c.    Tanda gejala
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya. Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
d.    Diagnosa
Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakan setelah plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan intermiten atau hidrorea.Bagian paling penting dari perawatan pralahir adalah untuk memastikan janin tumbuh dan berkembang dengan baik. Selama ultrasound rutin, dokter mungkin menemukan bahwa plasenta dan selaput yang tidak tumbuh dengan baik, sebuah kondisi yang disebut plasenta sirkumvalata. Kondisi ini dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, persalinan prematur dan melahirkan, dan pembatasan pertumbuhan intrauterin.
Diagnosis dari plasenta sirkumvalata dan pembatasan pertumbuhan intrauterin awal kehamilan adalah penting untuk memastikan perawatan yang tepat dan pemantauan bayi. Hal ini penting untuk memiliki ultrasound dan pemeriksaan rutin. Circumvallate plasenta adalah ketika kantong membran berada di belakang plasenta, membatasi efektivitas plasenta. Kantong membran, yang dikenal sebagai cincin, membatasi perluasan pembuluh darah janin.
Wanita hamil didiagnosis dengan circumvallate plasenta memiliki plasenta yang melengkung ke dalam. Melengkung dari plasenta dapat menyebabkan stres dengan pembatasan, dan kadang-kadang pertumbuhan janin pelepasan plasenta yang dihasilkan dalampengirimandarurat.
Restriksi pertumbuhan intrauterin adalah suatu kondisi dimana janin tidak dapat tumbuh ke ukuran yang ditentukan secara genetis. PJT mengacu pada janin yang diperkirakan berada di persentil 10 atau lebih rendah saat lahir. Ketika seorang wanita didiagnosis dengan plasenta circumvallate, ini berkorelasi langsung ke janin dengan PJT. Untuk menjamin keselamatan dan pertumbuhan yang tepat dari seorang bayi yang belum lahir, penting untuk mendiskusikan sejarah keluarga dan jadwal ujian reguler.


e.    Penanganan
1)    Jika pada kehamilan terjadi perdarahan intermitten dan belum terjadi perdarahan ibu disarankan untuk beristirahat total untuk mencegah terjadinya perdarahan.
a)    Perbaiki keadaan umum ibu, memperbaiki keadaan umum ibu dengan istirahat total dan pemberian terapi, dan pemberian obat-obat hormonal danpenambah darah, infus telah terpasang pada lengan dengan cara IV 40 tpm atau guyur jika ada tanda-tanda syok, O2 terpasang 2-3 liter.
b)    Evaluasi perdarahan dan kondisi kehamilan ibu, memantau jumlah perdarahan dan TTVibu, dan kondisi kehamilan jika terjadi keguguran lakukan kuretase dan jika bayi masihbisa dipertahankan atau terjadi solusio plasenta lahirkan bayi secara sesar. Tindakan telahdilakukan.
c)    Atur posisi yang nyaman, mengatur posisi ibu senyaman mungkin sehingga pertukaranO2 dan Co2 lancar misalnya posisi semi powler atau terlentang. Ibu telah tidur denganposisi semi fowler dan atau terlentang.
d)    Anjurkan ibu istirahat, menganjurkan ibu untuk istirahat total dan tidak melakukanaktifitas fisik dengan tidur siang 1-2 jam sehari dan tidur malam 7-8 jam sehari. Pasientelah istirahat.
e)    Ingatkan ibu untuk memperhatikan kebutuhan nutrisi, Mengingatkan ibu untukmemperhatikan kebutuhan nutrisi dengan makan makanan yang sehat dan bergizi secarateratur seperti nasi, lauk pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan, serta minum air putih8-9 gelas sehari, bila perlu susu 1 gelas sehari, tidak ada pantangan makanan apapunbagi ibu. Ibu mengerti dan mau melakukannya.
2)    Jika sudah terjadi perdarahan lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang berwenang dalam hal ini dokter obsgin untuk mencegah perdarahan yang dapat mengancam jiwa ibu.
3)    Jika mengakibatkan solutio plasenta lakukan penanganan seperti pasien solutio plasenta, jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan segera. Seksio caesarea dilakukan jika:
a)    Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera (pembukaan belum lengkap).
b)    Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu singkat.
c)    Persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.
D.   Kelainan Janin Dan Kehamilan Ganda
1.    Pengertian
Kehamilan ganda terbagi atas 2, yaitu:
a)    Kehamilan kembar 2 telur
Kehamilan kembar 2 telur atau disebut dizigotik dan kehamilan kembar fratermal yaitu dua buah sel telur dibuahi oleh dua sperma. Kedua sel telur dapat berasal dari satu ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berbeda.
b)    Kehamilan kembar 1 telur
Kehamilan kembar 1 telur atau disebut kehamilan kembar monozigot dan kehamilan kembar identik. Yang terjadi daari sebuah telur dan dibuahi oleh satu sperma. Sel telur yang telah dibuahi kemudian membelah diri menjadi 2 bagian hingga tumbuh menjadi 2 janin.
2.    Penangan
Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal perlu diadakan lebih sering. Kehamilan 24 minggu pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu, sesudah kehamilan 36 minggu tiap minggu ; sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran darah ke plasenta meningkat, sehingga pertumbuhan janin lebih baik.
1)      Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu)
2)      Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
3)      Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan.
4)      Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
E.    Kelainan Air Ketuban
1.    Ketuban Pecah Dini (KPD) / Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
a.    Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu persalinan.
b.    Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka upaya preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi ketuban pecah dini antara lain:
1)      Serviks yang inkopetensia
Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat  persalinan atau curettage).
2)      Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion dan kehamilan ganda.
3)      Kelainan letak, misalnya letak sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang            menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah
4)      Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun dari vagina atau infeksi cairan ketuban bisa menyebabkan KPD.
5)      Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dapat menyebabkan terjadinya KPD karena infeksi.
6)      Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
7)      Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vit. C).
8)      Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk ke PAP, CPD.
c.    Penanganan
1)    Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterine. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterine.
2)    Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam. Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga.
3)    Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
4)    Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm.
5)    Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.
6)    Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi).
7)    Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama).
8)    Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan.
9)    Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari).
10) Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban).
11) Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM.
12) Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan.
13) KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid.
14) KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
15) KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
2.    Polihidramnion
a.    Pengertian
Polihidramnion didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana jumlah air ketuban > dari 2000 cc. Sedangkan secara klinis adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Dibedakan menjadi 2, yaitu :
1)  Hidramnion akut
Penambahan air ketuban secara cepat dan mendadak dan biasanya terjadi pada trimester II.
2)  Hidramnion kronis
Penambahan air ketuban secara perlahan – lahan dan biasanya terjadi pada trimester III.
b.    Etiologi
1)     Produksi air jernih berlebih.
2)     Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus,   atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing congenital.
3)     Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis.
4)     Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.
5)     Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan.
6)     Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol.
7)     Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus.
c.    Tanda gejala
1)     Perut Ibu hamil sangat besar. Misalnya saja pada usia kehamilan enam minggu,besar perut Ibu seperti telah menginjak usia kehamilan delapan hingga sembilan bulan.
2)     Tulang punggung Ibu semasa hamil terasa nyeri.
3)     Perut terasa kembung dan lebih kencang.
4)     Kulit perut tampak mengkilap.
5)     Terkadang Ibu merasakan sakit pada perut ketika berjalan.
6)     Rahim Ibu tumbuh lebih cepat daripada yang seharusnya. Tekanan pada diafragma menyebabkan ibu mengalami sesak nafas.
7)     Denyut jantung janin sulit dipantau. Bagian-bagian tubuh janin sulit diraba.
d.    Penanganan
1)     Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis.
2)     Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable.
3.    Oligohidramnion
a.    Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
b.    Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
c.    Tanda gejala
1)    Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2)    Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3)    Sering berakhir dengan partus prematurus.
4)    Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
5)    Persalinan lebih lama dari biasanya.
6)    Sewaktu his akan sakit sekali.
7)    Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.


d.    Penanganan
1)     ANC secara teratur
2)     Deteksi dini kelainan janin
3)     Deteksi dini penyakit dan komplikasi yang menyertai kehamilan
4)     Konseling
5)     Pendidikan kesehatan
6)     Konsultasi dan kolaborasi
7)     Tirah baring.
8)     Hidrasi.
9)     Perbaikan nutrisi.
10)   Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
11)   Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
12)   Amnion infusion.
13)   Induksi dan kelahiran.
F.    Kehamilan Dengan Kelainan Letak
1.    Letak sungsang
a.    Pengertian
Letak sungsan adalah janin dengan letak memanjang presentasi bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Beberapa faktor risikonya antara lain prematuritas, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri dan anomal janin. Ada 3 jenis letak sungsang, yaitu:
1)  Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
2)  Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.
3)  Bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) (10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
b.    Etiologi
1)  Sudut Ibu
a)    Keadaan rahim    :
(1)    Rahim arkuatus
(2)    Septum pada rahim
(3)    Uterus Dupletis
(4)    Mioma bersama kehamilan
b)    Keadaan plasenta    :
(1)    Plasenta retak rendah
(2)    Plasenta previa
c)    Keadaan jalan lahir     :
(1)    Kesempitan panggul
(2)    Difermitas tulang panggul
(3)    Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala
2)  Sudut janin
a)  Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b)  Hidrosefalus atau Anensefalus
c)  Kehamilan kembar
d)  Hidramnion atau Oligohidramnion
e)  Prematuritas
c.    Penanganan
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada 3 cara yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kaki yaitu versi luar, moksibusi, dan/atau akupunktur, dan posisi dada lutut pada ibu. Bukti-bukti tentang manfaat dan keamanan tindakan versi luar sudah cukup tetapi masih belum bagi tindakan moksibusi dan/atau akupunktur, dan posisi dada lutut. Dengan demikian, baru tindakan versi luar yang direkomendasikan.
Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadi pada umur kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan adanya presentasi bokong mulai kehamilan 34 minggu akan bermanfaat untuk pertimbangan melakukan tindakan versi luar. Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dan manuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala.
Prosedur versi luar cukup aman dan efektif. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah bradikardia janin yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali pusat, perdarahan feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi, dan KPD. Kejadian bedah sesar atas indikasi gangguan DJJ atau solusio plasenta setelah versi luar < 1%. Tingkat keberhasilannya 50-70%, (semakin meningkat pada multiparitas, presentasi selain bokong murni, volume air ketuban normal, letak lintang,/ oblique). Dari jumlah yang berhasil dilakukan versi luar, 40%nya akan berhasil melahirkan secara pervaginam. Jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakukan versi luar, terjadi pengurangan 62% persalinan bukan presentasi kepala dan penurunan 45% bedah sesar pada kelompok yang dilakukan versi luar. Oleh karena keamanan dan keefektifitasnya, dianjurkan agar semua perempuan dengan presentasi selain kepala yang memenuhi persyaratan pada umur kehamilan mendekati atau saat cukup bulan diberi tawaran untuk dilakukan versi luar. Keadaan yang harus diketahui sebelum menawarkan versi luar adalah perkiraan berat janin, volume air ketuban, letak plasenta, dan morfologi janin normal.
Kontraindikasi dilakukannya versi luar adalah semua keadaan kontraindikasi persalinan pervagina. Terdapat pula kontraindikasi yang sifatnya relative, yaitu KPD, oligohidramnion, perdarahan uterus yang tidak diketahui sebabnya, atau dalam persalinan kala I. Meskipun memiliki tingkat keberhasilan yang setara dengan perempuan tanpa riwayat bedah sesar, keamanan versi luar pada perempuan dengan riwayat bedah sesar masih belum cukup bukti.
Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum begitu jelas. Pada dasarnya semakin tua umur kehamilan, akan semakin kecil keberhasilannya, pada umumnya versi luar efektif dilakukan pada umur kehamilan 34-36 minggu. Versi luar dapat juga dilakukan sebelum umur kehamilan34 minggu, tetapi kemungkinan umum kembali lagi menjadi presentasi bokong cukup besar dan apabila terjadi komplikasi yang mengharuskan dilahirkannya dengan segera maka morbiditas karena prematuritasnya masih tinggi. Versi luar dapat dipertimbangkan untuk diulang bila sebelumnya gagal atau sudah berhasil, tetapi kembali menjadi presentasi bokong. Proses versi luar dapat dipermudah dan rasa tidak nyaman bagi pasien dengan penggunaan tokolitik (terbutalin 0,125-0,250 mg SC).
Dianjurkan untuk melakukan versi luar ditempat yang memiliki fasilitas melakukan bedah sesar emergency. Informed consent diperoleh setelah memberikan konseling yang berisi informasi tentang kemungkinan komplikasi, pilihan lain (SC), prognosis, dan bagaimana prosedur akan dilakukan. Pemeriksaan NST (non stress test) perlu dilakukan sebelum dan sesudah prosedur dilakukan.
Untuk melakukan versi luar, mula-mula bokong dikeluarkan dari pelvis dan diarahkan lateral sedikitnya sebesar 900. Dengan langkah ini biasanya kepala akan bergerak 900kearah yang berlawanan dengan bokong. Selain itu dilakukan manuver bersamaan pada kepala dan bokong untuk mengarahkan kepala kearah kaudal dan bokong kearah kranial. Apabila digunakan tokolitik (pastikan tidak kontraindikasi penggunaannya), pemberiannya antara 5-10 menit sebelum prosedur dilakukan. Dalam 1 kali sesi versi luar direkomendasikan dilakukan tidak lebih dari 2 kali upaya versi luar. Apabila belum berhasil dapat diulang pada sesi berikutnya, tergantung umur kehamilan dan keadaan persalinan pada waktu itu.


2.    Letak lintang
a.    Pengertian
Letak lintang adalah janin dengan letak melintang, yaitu dumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu.
b.    Etiologi
Penyebab paling sering adalah kelemahan otot uterus dan abdomen. Kelaianan letak paling sering terjadi pada wanita paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung terjadinya letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya letak lintang yaitu: kehamilan ganda, polihidramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang besar.
c.    Penanganan
Dokter dapat mengusahakan untuk membenarkan posisi dengan cara versi external menjadi letak membujur dan presentasi kepala. Kecenderungan pengembalian posisi letak lintang menjadi posisi letak memanjang sulit dan seringnya beberapa dokter tidak menganjurkan versi chepalik eksternal sebelum kelahiran direncanakan, atau waktu datangnya persalinan. Resiko versi chepalik eksternal adalah terjadinya KPD dan tali pusat menumbung, atau persalinan prematur. Pada setiap kunjungan antenatal dokter seharusnya memeriksa letak, presentasi dan mendengarkan DJJ. Jika pemeriksaan USG tidak mendeteksi plasenta previa, pemeriksaan vagina dapat dilakukan untuk mendeteksi abnormalitas pelvik seperti, pengerutan pelvis. Pemeriksaan USG dapat mendeteksi abnormalitas fetus dan uterus.
G.   Kelainan Lamanya Kehamilan
1.    Preterm
a.    Pengertian
Preterm adalah kehamilan yang berlangsung pada usia 20-37  minggu dipertimbangkan sebagai persalinan prematur.
b.    Penanganan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm akibat amnionitis dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk meningkatkan keluaran neonatal. Pada kasus-kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani ekspektatif, harus dilakukan intervensi, yaitu keselerasi pematangan fungsi paru
2.    Post-term / serotinus
a.    Pengertian
Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT. Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi persalinan.
b.    Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan adalah :
1)    Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2)    Hipoplasia hipofise
3)    Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
4)    Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
5)    Kurangnya air ketuban
6)    Insufiensi plasenta, defisiensi enzim sulfatase plasenta.
7)    Anensefalus
c.    Penanganan
Dalam upaya pertolongan persalinan dengan tujuan well born baby dan well health mother perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut:
1)    Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
2)    Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3)    Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4)    Lakukan rujukan (Induksi persalinan ataupun SC)
H.   Kehamilan Disertai Penyakit
1.    Kehamilan dengan Diabetes Melitus
a.    Pengertian
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak.
b.    Etiologi
DMG disebabkan karna kekurangn insulin. Yang disebabkan karna adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel – sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pancreas yang bekarja menghasilkan insulin.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat untuk makanan janin dan persiapan untuk menyusui. Bila tidak mampu meningkatkan produksi insulin yang mengakibatkan hyperglikemia atau DM kehamilan ( DM yang timbul dalam kehamilan ).
c.    Tanda gejala
1)     Sering  kencing pada malam hari (polyuria)
2)     Selalu merasa haus ( polydipsia)
3)     Selalu merasa lapar ( polyfagia )
4)     Selau mersa lelah atau kekurangan enrgi
5)     Penglihatan menjadi kabur
6)     Hyperglaisimia ( peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah
7)     Glaikosuria ( glukosa dalam urine )
8)     Mata kabur
9)     Pruritus vulva.
10)   Ketonemia.
11)   BB menurun
12)   Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
13)   Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14)   Gula darah puasa > 126 mg/dl.
d.    Penangan
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
(1)  Pengukuran tinggi fundus uteri
(2)  NST – USG serial
(3)  Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin.
(4)  Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea.
(5)  Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
(6)  Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
(7)  Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
(8)  Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
(9)  Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
2.    Kehamilan dengan penyakit jantung
a.    Pengertian
Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat merugikan kesempatan hidup wanita tersebut. Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis.
b.    Etiologi
Lesi kongenital bertanggung jawab pada > 50 % penyakit jantung dalam kehamilan. Penyebab lainnya: arteri koroner, hipertensi, disfungsi laroid
c.    Tanda gejala
1)    Dispnea yang progresif atau orthopnhea
2)    Batuk pada malam hari
3)    Hemoptisis
4)    Sinkop
5)    Nyeri dada
d.    Penanganan
Peranan bidan selama kehamilan ibu dengan penyakit jantung ini berlangsung sangatlah penting:
1)    Memberikan pengertian kepada ibu hamil  untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur
2)    Kerja sama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog
3)    Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi airyang berlebihan. Jika terdapat anemia harus di obati.
4)    Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus di obati.
5)    Bila terjadi keluhan yang amat berat,seperti sesak nafas, infeksi  saluran  pernafasan, dan sianosis, maka harus di rawat di rumah sakit.
6)    Skema kunjungan antenatal: setiap dua minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan satu kali seminggu setelahnya.
7)    Harus cukup istirahat, cukup tidur,  diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan
8)    Pengobatan khusus bergantung pada kelas hipertensi.
3.    Kehamilan dengan Rubella
a.    Pengertian
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus.Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal.Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan.Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil.Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome).


b.    Etiologi
Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli.Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.
c.    Tanda gejala
Rubella biasanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai berikut:
1)    Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah Mengantuk
2)    Sakit tenggorok
3)    Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.
4)    Pembengkakan kelenjar leher
5)    Sakit kepala
6)    Hidung tersumbat atau pilek.
7)    Radang, mata merah.
d.    Pencegahan
Rubella dapat dicegah dengan vaksin rubella.Imunisasi yang meluas dimana-mana sangat penting, sehingga dapat mencegah kelainan bawaan yang dapat disebabkan oleh sindroma rubella kongenital.
Vaksin biasanya diberikan pada anak usia 12-15 bulan sebagai bagian dari vaksin MMR. Dosis kedua MMR biasanya diberikan saat usia anak 4-6 tahun. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu 1-3 bulan setelah menerima vaksin, jadi setelah vaksin diberikan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan sejak menerima vaksin. Jika berencana untuk hamil pastikan untuk memiliki kekebalan tubuh terhadap rubella melalui pemeriksaan darah.
Wanita hamil yang tidak memiliki kekebalan tubuh harus menghindari siapa saja yang terinfeksi rubella dan segera divaksinasi setelah melahirkan sehingga saat hamil berikutnya sudah memiliki kekebalan tubuh.
4.    Kehamilan dengan Hepatitis
a.    Pengertian
Pengaruh hepatitis virus pada ibu hamil adalah meningkatkan angka kejadian abortus, partus prematums, dan perdarahan. Risiko bagi janin dalam kandungan adalah prematurus, kematian janin dan penularan hepatitis virus. Kelainan kongenital pada janin belum pernah dilaporkan.1 Transmisi virus hepatitis dari ibu ke anak dapat terjadi transplasental, melalui kontak dengan darah atau tinja ibu waktu persalinan, kontak yang intim antara ibu dan anak setelah persalinan, atau melalui air susu ibu.
b.    Penanganan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
5.    Kehamilan dengan Gonorhoe
a.    Pengertian
Gonore adalah penyakit menular yang paling sering ditularkan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dengan mudah di selaput lendir tubuh.
Bakteri ini dapat tumbuh di daerah saluran reproduksi yang hangat dan lembap seperti leher rahim, uterus (rahim), dan tuba falopi (saluran telur) pada perempuan. Bakteri tersebut juga berkembang di bagian uretra (saluran yang membawa urine dari kandung kemih keluar tubuh) pada perempuan dan laki-laki dan juga bisa tumbuh di mulut, tenggorokan, dan anus.
b.    Bahaya penyakit gonorhoe pada kehamilan
Gonore dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Wanita yang sedang hamil dan menderita gonore dapat menularkan infeksi tersebut pada bayinya selama persalinan.
Jika gonore pada wanita hamil tidak diobati, berbagai komplikasi akan muncul, antara lain kemungkinan keguguran, persalinan prematur, air ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi pada lapisan dinding dalam rahim (endometritis), aborsi spontan, dan kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim).
Sedangkan bayi yang lahir dari ibu dengan gonore berpotensi tertular dan kemungkinan terserang penyakit seperti pink eye (konjungtivitis), infeksi pada aliran darah (sepsis), radang sendi (arthritis), infeksi kulit kepala, infeksi pada cairan dan jaringan yang mengelilingi otak danitu bayi mengalami kebutaan. Gejala gonore pada bayi yang terinfeksi biasanya muncul 2-5 hari setelah dilahirkan.
c.    Penanganan
Gonore dapat diobati dengan antibiotik yang aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Pengobatan juga harus dilakukan kepada pasangannya.Selain itu, suami istri yang sedang menjalani terapi pengobatan tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai pengobatan benar-benar selesai dan dinyatakan tidak lagi mengidap infeksi ini.
6.    Kehamilan dengan Sifilis
a.    Pengertian
Sifilis adalah salah satu Penyakit Menular Seksual (PMS) yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan mempunyai beberapa sifat , yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronik, dalam perjalanannya menyerang semua organ tubuhdapat menyerupai macam-macam penyakit , mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali(rekuren),dan dapat di tularkan dari ibu ke janin sehingga menimbulkan kelainan kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui hubugan seksual, sifilis juga bisa ditularkan melalui luka, tranfusi dan jarum suntik.
b.    Penanganan
Sifilis pada stadium satu.di berikan benzatin penisilin dengan dosisi total 4,5 juta unit secara I,M berturut-turut 1,2 juta unit selama seminggu.penisilin prokain dalam alumunium monostrearat(PAM)setiap 3 kali sehari 1,2 juta unit sehingga mencapai dosisi total 4,8 juta unit,penisili prokain dalam akua 600.000 unit selama 10 hari sehari-hari.
Sifilis pada stadium dua. di berikan benzatin penisilin dengan dosisi total 6,0 juta unit secara IM 2,4 dan 1,2 juta unit selang seminggu.penisilin prokain dalam aluminium  monostrearat (PAM)setiap 3 kali sehari 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6juta unit. penisili prokain dalam akua 600.000 unit selama 10 hari sehari-hari.
Sifilis pada stadium tiga(sifilis kardio vaskular atau neuro sifilis). di berikan benzatin penisilin dengan dosisi total 9 juta unit, di suntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8 juta selang sminggu. penisilin prokain dalam aluminium  monostrearat (PAM) setiap 3 kali sehari 1,2juta unit sehingga mencapai dosis total 9 juta unit. penisili prokain dalam akua 600.000 unit selama 15 hari sehari-hari.

7.    Kehamilan dengan HIV/AIDS
a.    Pengertian
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang isteri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Wanita hamil lebih berisiko tertular Human Immunodeficien Virus (HIV) dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Jika HIV positif, wanita hamil lebih sering dapat menularkan HIV kepada mereka yang tidak terinfeksi daripada wanita yang tidak hamil.
Peningkatan kerentanan untuk terinfeksi HIV selama kehamilan adalah mereka yang berperilaku seks bebas dan mungkin karena penyebab biologis yang tidak diketahui
b.    Tanda gejala
Gejala infeksi HIV pada wanita hamil, uumnya sma dengan wanita tidak hamil atau orang dewasa. infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbl 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
c.    Penanganan
Penularan HIV dari ibu ke bayi selama masa kehamilan dapat terjadi melalui hubungan transplasenta dengan risiko 5 sampai 10%. Plasenta merupakan sumber bagi bayi untuk mendapatkan nutrisi selama berada di dalam kandungan. Jika plasenta telah terinfeksi virus HIV, darah ibu yang sudah terinfeksi tersebut akan bercampur dengan darah bayi sehingga resiko tertular HIV pada bayi sangat besar. Oleh karena itu, asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil trimester I, II dan III dengan status HIV + sangat diperlukan diantaranya:
1)    Kepatuhan terhadap obat ARV.
2)    Pendidikan kesehatan mengenai nutrisi.
3)    Pendidikan kesehatan mengenai tanda dan gejala penyakit oportunistik HIV/AIDS dan IMS.
4)    Persiapan persalinan dan laktasi.
5)    Dukungan psikologis ibu.
6)    Perujukan apabila ada tindakan di luar kewenangan bidan.
7)    Informasi kelompok.
I.      Gangguan Kesejahteraan Janin
1.    Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
a.    Pengertian
Definisi menurut Gulardi H. Wiknjossastro (April,2008), pertumbuhan janin terhambat atau IUGR ditentukan bila berta janin kurang dari 10% dari bert yang harus dicapai pada usiakehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Secara umum IUGR adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standar atau ukuran standar yang sesuai dengan usia kehamilannya.
b.    Etiologi
1)    Hipertensi dalam kehamilan
2)    Gemeli
3)    Anomali janin/trisomi
4)    Sindrom antifosfolipid
5)    SLE
6)    Infeksi : rubella, sifilis, CMV
7)    Penyakit jantung
8)    Asma
9)    Gaya hidup : merokok, narkoba
10) Kekurangan gizi- ekomi rendah


c.    Penanganan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
2.    Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
a.    Pengertian
IUD atau kematian janin dalam rahim adalah janin yang mati dalam dalam rahim dengan berta badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahimpada kehamilan 20 minggu atau lebih.kematian janin merupakan hasil dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.
b.    Etiologi
1)    Faktor maternal
Post term (>42 minggu) diabetes melitus tidak terkontrol, sistematik lupus eritematotus, infeksi, hipertensi, preeklamsi, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
2)    Faktor fetal
Hamil kembar, hamil tumbuh terambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, dan infeksi.
3)    Faktor plasental
Kelaianan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa. Faktor risiko terjadinya kematian janin intra uterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu (ureplasma irealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
c.    Penanganan
Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
Menunggu persalinanspontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaanpersalinandengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
J.    Gangguan Jiwa Pada Kehamilan
1.    Depresi Psikosa
a.    Pengertian
Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis. Sedangkan psikosa merupakan suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang agresif, hidup perasaan tidak sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap implus-implus paham dan halusinasi.
b.    Penyebab
1)    Internal (perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
2)    Ekstenal(kehamilan yang tidak diinginkan,kehamilan beresiko,dan jark kehamilan yang terlalu dekat riwayat keguguran) 
c.    Pencegahan
1)    Informasiakan kepada pasien tentng penyakit yang dialaminya
2)    ANC rutin
3)    Pemenuhan nutrisi
4)    Aktivitas yang dilakukan
5)    Latihan pernafasan
6)    Senam hamil  
d.    Penanganan
Pengobatan tergantung pada penyebab psikosis.perawatan dirumah sakit sering kali diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien penatalaksannan yang dilakukan:
1)    Konsultasikan dengan dokter,psikiater,psikolog,dan tdengan tenaga kesehatan lainnya.
2)    Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali dengan tenaga medis haus dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar.
3)    Ajarkan dan berikan latihan latihan untuk dapat menguasai otot otot istirahat dan pernafasan
4)    Hindari kata kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si ibu
5)    Hindari komentar   suatu kasus dan gelak tawa
2.    Psikoneuros
a.    Pengertian
Psikoneuros yaitu ketegangan pribadi terus-menerus, akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus-menerus, orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak merasa akhirnya neurosis ( suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar/kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energy).
b.    Penanganan
Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis yag berusaha meyusun terapi psikologis yang beragam untuk pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian klien. Penerapan metode dengan secara personal maupun group (perkelompok). Psikiater berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara bersamaan.perlu untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis gangguan kecemasan ini hanya menggunakan  satu cara saja,dibutuhkan lebih kombinasi untuk menyembuhkan gangguan kompleks ini.
K.   Infeksi Atau Penyakit Yang Melewati Barier Plasenta
1.    Infeksi TORCH dalam kehamilan
a.    Pengertian
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.
b.    Pecegahan
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.
1)    Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
2)    Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.
3)    Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
4)    Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda.
5)    Periksa kandungan secara teratur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.
6)    Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting.
7)    Hindari kontak dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman.
c.    Pencegahan
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif. 
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda. 
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %. 
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan. 


















DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bothamley, dkk. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.
ke Puskesmas Poned Kabupaten Banjar - Kalimantan Selatan (Studi Kasus di
Palimbo, dkk. 2015. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia: Pelaksanaan Sistem Rujukan  Kasus Ibu Hamil Risiko Tinggi oleh Bidan Desa
Purwoastuti, dkk. 2015. Ilmu Obstetri Dan Ginekologi Sosial Bagi Kebidanan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Puskesmas Sungkai). Vol 3 No 01. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Walyani Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Yogyakarta: Pustakabarupress.
Widatiningsih, dkk. 2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Transmedika.